Sabtu, 24 November 2012

HIPERTIROID




MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTIROID

Di susun oleh :
Kelompok
Ni Luh Putu Fitriani                         (04.09.23)
Nur Hikmah                                      (04.09.2399)
Nurhayati Amir Mahmud Mappa   (04.092400)
E/KP/VI

KONSENTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin......
       Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridonya akhirnya kami dapat menyelesaikan makala ini untuk mata kuliah KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH, yang membahas mengenai, “ASKEP HIPERTIROID” yang merupakan pengetahuan penting yang harus diketahui.
       Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.
       Kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah membantu mensukseskan makalah ini hingga selesai, baik secara langsung maupun tidak.
       Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang setulusnya.
       Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan makala ini kedepan. Semoga taufik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju terciptanya keridhoan Allah SWT.

Amin ya Robbal Alamin......


                                                                                                                                      Penulis
                                                                                                                                    Kelompok


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                      
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
C.    Manfaat
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA
A.       Definisi Hipertirod
B.       Anatomi fisiologi
C.       Patofisiologi
D.       Manifestasi klinis
E.       Etiologi
F.        Tanda dan Gejala Hipertiroid
G.      Komplikasi
H.       Penatalaksanaan
I.          Pemeriksaan Penunjang
BAB III   ASUHAN KEPERAWATAN
A.       Pengkajian
B.       Diagnosa Keperawatan
C.       Intervensi keperawatan
D.       Implementasi
E.       Evaluasi
BAB IV   PENUTUP
A.       Kesimpulan
B.       Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme. Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah sinyal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid. Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).





B.       Tujuan
Tujuan umum
   ·        Memberikan penjelasan mengenai hipertiroid

Tujuan Khusus
   ·        Menjelaskan teori dan konsep terkait dengan hipertiroid
   ·        Memaparkan proses terjadinya hipertiriod
   ·        Menerapkan teori dan konsep tersebut dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menderita hipertiriod

C.      Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini adalah:
·      Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan yang telah didapat dari materi   hipertiriod yang sebenarnya.
·      Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun berdiskusi dalam perkuliahan.
·      Dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pembelajaran
    









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi Hipertirod
Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan  obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.


Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Obat-obatan beta bloker (misalnya prapanolol) membantu mengendalikan beberapa gejala Hipertiroid. Obat ini efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat, mengurangi gemetar dan mengendalikan kecemasan. Beta broker terutama bermanfaat dalam mengatasi badai tiroid dan penderita yang dikendalikan oleh obat lain. Sebagian besar pemakaian yodium radiaktif pada akhirnya menyebabkan hipotiroidlisme sekitar 25% penderita mengalamai hipoteroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian radioaktif.
Pada riroldektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan terapi pilihan bagi penderita muda, penderita yang gondoknya sangat besar, penderita yang alergi, terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah menjalani pembedahan, bisa terjadi hipotiroidisme kepada penderita ini diberikan terapi salih hormon sepanjang hidupnya.
B.     Anatomi fisiologi
http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/03/kelenjar-tiroid.jpg?w=275&h=300

Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem endokrin.Salah satu  kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
  • Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
  • Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
  • Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung
  • Merangsang pembentukan sel darah merah
  • Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
  • Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

C.      Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan  dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.


http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/03/patologi-hipertiroid.png?w=300&h=271

D.      Manifestasi klinis
Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsng aktivitas tiroid, sedang pada goiter multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.
Perjalanan penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor : gugup berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan pembesaran tiroid.







E.       Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1.    Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2.    Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu  atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3.    Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

4.    Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5.    Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6.    Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
F.       Tanda dan Gejala Hipertiroid
Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi yaitu :
-          Banyak keringat
-          Tidak tahan panas
-          Sering BAB, kadang diare
-          Jari tangan gementar (tremor)
-          Nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung
-          Jantung berdebar cepat
-          Haid menjadi tidak teratur
-          Bola mata menonjol dapat disertai dengan penglihatan ganda
-          Denyut nadi tidak teratur terutama pada usia diatas 60 th
-          Tekanan darah meningkat
-          Denyut nadi cepat, seringkali >100x/menit
-          Berat badan turun, meskipun banyak makan rasa capai
-          Otot lemas, terutama lengan atas dan paha
-          Rambut rontok
-          Kulit halus dan tipis
-          Pikiran sukar konsentrasi
-          Kehamilan sering berakhir dengan keguguran
-          Terjadi perubahan pada mata bertambahnya pembentukan air mata, iritasi dan peka terhadap cahaya




G.      Komplikasi
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1.        Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2.        Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3.        Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4.        Pembesaran hati disertai  penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
-          Infeksi
-          Pembedahan
-          Stress
-          Diabetes yang kurang terkendali
-          Ketakutan
-          Kehamilan atau persalinan


H.      Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total)
1.      Obat antitiroid
Digunakan dengan indikasi :
a.       Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis.
b.      Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
c.       Persiapan tiroidektomi
d.      Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e.       Pasien dengan krisis tiroid




Obat antitiroid yang sering digunakan :
Obat
Dosis awal (mg/hari)
Pemeriksaan (mg/hari)
-          Karbimatol
-          Metimazol
-          Propiltiourasil
30 – 60
30 – 60
300 – 600
5 – 20
5 – 20
50 – 200

Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18 – 24 bulan. Pada pasien hamil biasanya diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air susu ibu, oasis yang dipakai 100-500 mg tiap 8 jam.
2.      Pengobatan dengan yodium  radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
a.       Pasien umur 35 tahun atau lebih
b.      Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi
c.       Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d.      Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e.       Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3.      Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
a.       Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
b.      Pada wanita hamil  (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c.       Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
d.      Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik
e.       Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul



Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai eutiroid kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-14 tetes/ hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
4.      Pengobatan tambahan
a.       Sekat β-adrenergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberik 10 mg/6 jam.
b.      Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan dengan yodium radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada dosis 100-300 mg/hari.
c.       Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.
d.      Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap yodium.
I.         Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1.    TSH serum (biasanya menurun)
2.    T3, T4 (biasanya meningkat)
3.    Test darah hormon tiroid
4.    X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.      Pengkajian

1.         Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
2.         Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
3.         Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
4.         Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang

5.         Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton)
6.         Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori  baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
7.         Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8.         Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat



9.         Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10.     Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
B.       Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
§  Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
§  Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
§  Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
§  Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
§  Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
§  Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
§  Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.


C.      Intervensi keperawatan
1.      Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung   
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
-       Nadi perifer dapat teraba normal
-       Vital sign dalam batas normal.
-       Pengisian kapiler normal
-       Status mental baik
-       Tidak ada disritmia
Intervensi :
·            Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika   
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi
       Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari          
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
·            Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan      
pasien.
       Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh 
otot jantung atau iskemia
·            Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
       Rasional : Murmur yang menonjol berhubungan dengan curah       
jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik


·            Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi          
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
       Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan       
volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung
·            Catat masukan dan keluaran
        Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan      
dehidrasi berat
2.      Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan    
energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat    
energi
Intervensi :
·         Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.         
Rasional : Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat, takikardia mungkin ditemukan
·         Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan      
agitasi, hiperaktif dan insomnia
·         Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolism
·         Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massase
Rasional : Meningkatkan relaksasi


3.      Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
-       Nafsu makan baik.
-       Berat badan normal
-       Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
·         Catat adanya anoreksia, mual dan muntah
Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan 
sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia
·         Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional : Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan   
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
·         Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat         
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.
4.      Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan  
perubahan mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas
dari ulkus

Intervensi :
·         Observasi adanya edema periorbital
Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan
·         Evaluasi ketajaman mata
Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita
·         Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : Melindungi kerusakan kornea
·         Bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Rasional : Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi
5.      Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
·         Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan    
insomnia
·         Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek,konsentrasi 
berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi


·         Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan       
kesalahan interpretasi
·         Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik
6.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan      
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
·         Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi
·         Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang   
muncul akan menentukan tindakan pengobatan
·         Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam           
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini
·         Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan


·         Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5
tahun kedepan
7.      Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
·         Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap
tempat, waktu dan orang
Rasional :  Menentukan adanya kelainan pada proses sensori
·         Catat adanya perubahan tingkah laku
Rasional : Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas        
meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya
·         Kaji tingkat ansietas
Rasional :  Ansietas dapat merubah proses pikir
·         Ciptakan lingkungan yang tenang,turunkan stimulasi lingkungan
Rasional : menurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinasi pendengaran
·         Orientasikan pasien pada tempat dan waktu
Rasional : Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran       
pada realita/lingkungan
·         Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional :  Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
·         Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau 
obat anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi,menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi          
untuk meningkatkan proses pikir.
D.      Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.         

E.       Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1.         Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh
2.         Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
3.         Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4.         Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari   
ulkus
5.         Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
6.         Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
7.         Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam           
berpikir/berprilaku dan faktor penyeba.




BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.Pada gilirannya,pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus,juga suatu bagian dari otak.pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,tiroidektomi subtotal).

B.       Saran
Dari penyakit ini, dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus.









DAFTAR PUSTAKA

  1. Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media Aesculapius
2.      Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

3.      Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.

4.      Anonim. 2008. Hipertiroidisme. http://www.medica store.com

5.      Anonim. 2008. Mengenal Tiroid. http://www.demomedical.com

6.      Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.